ALLAH TUHAN KU MUHAMMAD NABI KU ISLAM AGAMAKU,

SELAMAT DATANG UMAT MUSLIM N MUSLIMAT DI BLOG ORANG SHOLEH.

Minggu, 24 April 2011

Kegiatan Santi indigo:







A. Profil Santri Indigo ( menurut Qomarudin)
Santri Indigo Adalah sebuah kegiatan Pelatihan internet untuk para santri di pondok pesantren. yang diadakan kerjasama antara PT. Telkom Indonesia dan harian Republika. kegiatan ini melatih para santri agar dapat membuat blog n dapat memahami internet dengan selogan putihkan internet.
B. kegiatan Santri Indigo.
- kegiatan di tahun 2011 ini di adakan di kota cilegon yang terletak di pondok pesanten Al- Khoiriyah..
- waktu kegiatan :
Santri indigo tahap ke III/2 di laksanakan pada tanggal : 24 - 25 april 2011
- Peserta :
Peserta pada kegiatan santri indigo ini dari pondok-pondok yang berada di daerah serang n cilegon.
C. Kesan :
- banyak sekali manfaatnya..
- menambah pengetahuan di dalam internet
- materinya asik.
- Hadiahnya menarik
D. Pesan
- jangan bosan untuk terus berdakwah
- samapaikan walau satu ayat.

islam inside

islam seindah bunga yang banyak di sukai manusia

Sabtu, 23 April 2011

MAKAN ALA RASULULLAH

POLA MAKAN ALA RASULULLAH

Menjaga kesehatan adalah sebuah kewajiban bagi kita, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas anugerah-Nya yang luar biasa. Dengan tubuh dan jiwa yang sehat, kita dapat melakukan banyak hal yang bermanfaat dan memperlancar aktivitas ibadah dan dakwah.

Salah satu keteladanan yang diberikan Rasulullah Saw kepada kira adalah menjaga kesehatan dengan memperhatikan apa yang kita makan. Rasulullah Saw sepanjang hidupnya tidak pernah mengalami sakit perut karena beliau selalu menjaga pola makannya. Dua hal yang selalu diterapkan beliau dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yaitu kehalalan dan kesederhanaan. Kehalalan adalah, hendaknya makanan dan minuman itu termasuk yang dihalalkan oleh Allah SWT serta jauh dari hal yang diharamkan-Nya –baik dari segi jenis makanan maupun cara memperolahnya. Al Quran telah memberikan batasan-batasan pada sesuatu yang boleh kita makan. Allah berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Al Baqarah: 172)

Sebagaimana batasan tentang apa yang boleh kita makan, Al Qur’an juga memberikan batasan tentang kadar makanan yang boleh kita konsumsi. Allah SWT berfirman, “...makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan…”(Al A’raf:31)
Sebagian ulama bahkan mengatakan bahwa Allah SWT telah menghimpun inti kedokteran dalan separuh ayat di atas, yang menunjukkan bahwa betapa penting menjaga kesederhanaan makanan dan jangan berlebihan.


Dalam bukunya, Ibnu Qayyim Al Jauziyah menghimpun beberapa etika Nabi dalam hal makan dan minum, diantaranya:


1. Rasulullah Saw tidak pernah menolak makanan yang ada dan tidak pula membebani diri untuk mencari makanan yang tidak ada.


2. Nabi Saw tidak pernah mencela makanan. Bila menyukainya beliau memakannya, bila tidak beliau tinggalkan saja makanan itu tanpa mengharamkannya.


3. Beliau makan dengan tiga jarinya, sikap ini adalah sikap yang paling mulia dalam hal makan. Orang sombong makan dengan satu jari, orang rakus makan dengan lima jari serta tidak berhenti.


4. Beliau juga selalu menjilati jari-jarinya tiga kali setelah makan. Hal ini dipercaya dapat membantu pencernaan, karena ahli saintis menemukan enzim pencernaan di antara celah-celah jari sepuluh kali lebih banyak dari pada yang terdapat dalam air liur.


5. Beliau makan tidak dengan bersandar.


6. Beliau selalu menyebut nama Allah (mengucap Bismillah) pada permulaan makannya serta bertahmid (mengucap Alhamdulillah) seusai makan,
7. Rasulullah Saw juga mangajarkan untuk mencuci tangan hingga bersih, mendahulukan orang yang lebih tua, mengambil hidangan yang terdekat, makan dengan tangan kanan, serta menghabiskan makanan hingga tandas.


8. Rasulullah pun menganjurkan untuk selalu makan malam meski hanya sekedar segenggam roti kering atau kurma, karena menghindari makan malam akan membuat orang cepat tua.


Adapun mengenai menunya, Rasulullah Saw membuka sarapannya dengan air dingin dicampur dengan madu. Madu berfungsi membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir, luka bakar, dan peradangan. Kemudian tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah Saw menjelang siang. Menu Rasulullah menjelang sore hari adalah cuka dan minyak zaitun plus makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan pencernaan. Di malam hari, menu utama makan malamnya adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fngsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh melindungi dari serangan penyakit. Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna, misalnya dengan shalat.


Rasulullah Saw bersabda:”CAirkan makanan kalian dengan berdzikit kepada Allah dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras.”


Dalam memilih menu makanan kita juga tidak boleh sembarangan karena dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kencing manis, sakit jantung keracunan, dan lainnya. Rasulullah tidak makan makanan berikut secara bersamaan, yaitu: ikan dengan susu, ikan dengan telur, daging dengan susu, ayam dengan susu, buah dengan susu, daging dengan ikan. Mengkonsumsi buah sebaiknya juga dilakukan sebelum makan nasi, untuk mencegah fermentasi dan pembusukan dalam lambung. Prinsip ini telah dijelaskan dengan gamblang dalam teori food combining.


Nampaknya beberapa aturan makan ini cukup sulit, tapi tidak ada salahnya dicoba karena ini juga sunnah Rasulullah. Pengaruhnya tidak dalam jangka pendek, tapi akan terasa bila kita sudah tua nanti.

Rabu, 05 Mei 2010

PERILAKU RASULULLAH S.A.W

Pendahuluan

Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan terbaik dan tipologi ideal paling prima. Hal ini digambarkan oleh al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:

(Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah).

Namun demikian, Nabi Muhammad saw. tetap saja sebagai seorang manusia seperti manusia lain yang dipimpinnya, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Kahfi/18: 110:

(Katakanlah, sesungguhnya saya adalah manusia seperti kamu, yang diberi wahyu bahwa Tuhan kamu ialah Tuhan yang satu).

Ketauladanan Nabi diambil, antara lain, karena ia mampu menghadapi berbagai masalah yang dihadapi tanpa kehilangan keseimbangan, tanpa kehilangan idealisme dan tanpa surut dari sebuah missi. Itulah sebabnya Michael H. Hart, dalam bukunya “Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Umat Manusia”, menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai tokoh Nomor Satu yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan manusia. [1]

Sebelum diangkat sebagai nabi dan rasul, Muhammad saw memang sudah sedemikian sempurna dalam berbagai perilaku dalam kehidupannya. Terlepas dari keyakinan bahwa hal demikian memang sudah digariskan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Beliau ma’sum (terjaga) dari segala kerusakkan dan dosa. Sejarah mencatat, saat baru terlahir Muhammad kecil sudah dido’akan dan ditawafkan dihadapan ka’bah oleh kakeknya Abdul Muthalib. Ini menandakan bahwa dari kalangan orang tuanya sangat berperan menjaga kesucian Muhammad saw. Terlebih lagi setelah itu Muhammad disusukan kepada orang yang benar-benar terseleksi, benar-benar tidak terkontaminasi oleh pola kehidupan tidak sehat. Setelah disusukan oleh Suaibah Al-Aslamiyah, Muhammad kemudian disusukan oleh Halimatussa’diyah dan dibawa tinggal bersama di pemukiman yang jauh dari keramaian kota, jauh dari hiruk pikuk dan kebiasaan jahiliyah para penduduk kota.

Masa kakak-kanak Muhammad dilalui dengan menggembalakan kambing, beliau sudah menampakkan sikap terpuji – dapat dipercaya – mengurus hewan peliharaan orang lain. Di saat-saat menggembalakan kambing inilah terjadi proses penyucian diri Muhammad dari berbagai sifat-sifat buruk, peristiwa tersebut dikenal dengan “pembelahan dada”. Walau masih terdapat perbedaan pendapat tentang teknis yang pasti tentang pembelahan dada, yang terpenting dari peristiwa itu adalah tampilnya seorang Muhammad yang penuh dengan sifat-sifat terpuji seperti jujur, amanah dan sebagainya.

Walaupun Muhammad terlahir dalam status yatim setelah ditinggal wafat Ayahandanya Abdullah ketika beliau masih dalam kandungan, ditambah pada usianya yang ke-6 menjadi yatim dan piatu pula karena ditinggal Ibundanya Siti Aminah. Dua tahun kemudian ditinggal pula oleh kakeknya Abdul Muthalib. Kesedihan yang bertubi-tubi itu tidak mengikis semua keteladanan yang ada pada diri beliau, malah semua itu laksana kawah candra dimuka yang makin mengkokohkan pribadi beliau. Ini terlihat ketika terjadi perselisihan antara para kabilah suku Quraisy, akhirnya melatarbelakangi penganugerahan gelar Al-Amin kepada beliau. Ketika ka’bah harus direnovasi akibat diterjang banjir para kabilah mempercayakan kepada beliau untuk memindahkan hajarul aswad. Di saat penduduk Makkah terperangkap dalam sebuah pertengkaran tentang kabilah mana yang harus mendapat kehormatan mengangkat dan menempatkan kembali batu tersebut di tempatnya semula. Ketika persoalan ini sudah berjalan lima hari dan hampir menyebabkan pecahnya perang antar-suku, Muhammad datang dengan solusinya yang sudah sangat terkenal itu. Ia meletakkan batu hitam di atas selendang dengan empat sisi dan mengajak semua ketua suku mengangkatnya bersama-sama, lalu meletakkannya di tempat semula. Gelar Al-Amin tersebut, beliau dapat jauh sebelum beliau di angkat menjadi nabi dan rasul. Al-Amin artinya orang yang dapat dipercaya.

Keteladanan Rasulullah

Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Ahzab, 33 : 21 setiap muslim atau muslimah yang ingin memperoleh rahmat Allah, bahagia dunia dan akhirat harus menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan. Keteladanan beliau secara garis besar dapat dibagi antara lain menjadi keteladanan dalam hidup berumah tangga, keteladanan sebagai pemimpin umat dan keteladanan sebagai pribadi muslim.

I. Keteladanan dalam Hidup Berumahtangga

Sebagai kepala rumah tangga nabi Muhammad saw patut diteladani. Beliau senantiasa berusaha agar rumahtangganya menjadi rumah tangga yang memperoleh ridha Allah SWT. Untuk itu beliau selalu berusaha bersama isterinya Siti Khadijah, agar mereka berdua bisa mewujudkan dan membina rasa saling cinta mencintai, sayang menyayangi, hormat menghormati, saling menjaga nama baik dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Baliau juga telah memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung jawab serta kasih sayang sehingga anak-anaknya senantiasa beriman dan bertakwa, serta hidupnya berguna dan berbahagia.

II. Keteladanan Sebagai Pemimpin Umat

Banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw dalam hal memimpin umat, antara lain :

- Nabi Muhammad saw senantiasa menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada orang-orang yang dipimpinnya.

- Nabi Muhammad saw selalu berusaha agar persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah) terwujud.

- Nabi Muhammad saw sering bermusyawarah dengan para sahabat.

- Berusaha mengikis pengaruh kebendaan dari diri kaum muslimin.

- Nabi Muhammad saw adalah pemimpin yang konsekwen, teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

III. Keteladanan Sebagai Pribadi Muslim

Sebagai pribadi muslim banyak yang harus diteladani dari Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebersihan dan keindahan tubuhnya secara islami. Dalam hubungannya dengan sesama manusia Nabi Muhammad saw senantiasa membiasakan diri dengan akhlak terpuji dan menjauhkan diri dari akhlak tercela serta giat beramal shaleh yang bermanfaat bagi orang banyak. Bahkan Allah SWT telah memujinya dengan sebuah firman : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, :4)

Nabi Muhammad saw adalah seorang pribadi muslim yang memiliki rasa kasih sayang yang tinggi, khususnya terhadap anak-anak yatim, para fakir miskin dan orang-orang terlantar. Kasih sayang Nabi Muhammad saw bukan saja terhadap sesama manusia, bahkan terhadap binatang. Rasulullah saw bersabda: “Apabila kalian mengendarai binatang, berikanlah haknya dan janganlah menjadi setan-setan terhadapnya.” “seorang wanita dimasukkan Tuhan ke neraka dikarenakan ia mengurung seekor kucing, tidak diberinya makan, dan juga tidak dilepaskan untuk mencari makan sendiri.”

Dalam kesempatan lain beliau bersabda: “Seseorang yang bergelimang di dalam dosa diampuni Tuhan, karena memberi minum seekor anjing yang kehausan.”

Terhadap alam dan lingkungan, Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar melakukan usaha-usaha untuk mengambil manfaatnya, dan melestarikannya, serta jangan sekali-kali melakukan pengrusakan.

Suatu hari pemimpin kafir quraisy membuat sayembara untuk mendapatkan Muhammad baik dalam keadaan hidup ataupun mati dengan imbalan seratus ekor unta. Pada saat tersebut muncul seorang kontestan sayembara bernama Da’tsur. Ketika Muhammad melakukan perjalanan, rupanya Da’tsur mengintai dari kejauhan. Karena terlihat Muhammad berhenti untuk istirahat dan berteduh di bawah rindang pohon sambil mengeringkan pakaiannya yang basah dengan peluh, maka tiba-tiba Da’tsur menghampiri Muhammad dengan menghunuskan sebilah pedang seraya berkata “Man yamna’uka minnî ya Muhammad? Siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dariku wahai Muhammad? nabi Muhammad dengan tenang menjawab “Allah”. Seketika itu pedang Da’tsur tejatuh dan dia dalam ketidakberdayaan lalu diambillah pedang tersebut oleh Muhammad. “Wal ân man yamna’uka minî yâ Da’tsur ?” Dan sekarang siapa yang akan menghalangi (tajamnya pedang ini) dari Wahai Da’tsur. Muhammad mengarahkan mata pedang kepada Da’tsur. Dengan wajah ketakutan Da’tsur mejawab “Lâ ahad yâ muhammad” “Tidak ada wahai Muhammad”. Kemudian Da’tsur memohon maaf kepada Muhammad untuk dibebaskan. Permohonan itupun dikabulkan Nabi.

Ketika nabi bersama umatnya berhijrah ke Thaif, sambutan yang diterima jauh dari menyenagkan hati, malah bukan main menyakitkan perlakuan penduduk Thaif kepada Nabi, mereka melempari Nabi dengan kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan mereka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui”

Kedua cerita di atas menunjukkan sikap pema’af nabi yang begitu luar biasa besarnya, orang yang jelas-jelas akan membunuhnya beliau bebaskan tanpa syarat. Orang-orang yang jelas-jelas telah menghina dan menyakitinya beliau selamatkan dari azab yang ditawarkan oleh malaikat. Subhânallâh. Begitu banyak perilaku rasulullah lainnya yang patut kita teladani sebagai pribadi muslim. Sekretaris MUI Sumatera Utara DR. H. Hasan Bakti Nasution, MA, mengungkapkan beberapa prilaku Rasulullah dengan istilah “strategi” bila nabi menghadapi krisis, antara lain sebagai berikut :

a. Dakwah bilhal.

Strategi lain yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw ialah dengan memberikan contoh praktis, yang disebut dengan dakwah bil-hal. Kepribadian dan akar sosiologisnya yang kuat menempa Muhammad menjadi seorang pemimpin yang dengan senang hati berpartisipasi dalam melaksanakan segala urusan. Ia benar-benar memimpin, bukan hanya memerintah. Pengalaman telah membuatnya tidak sungkan untuk melakukan apa pun yang perlu dilakukan. Sejarah mencatat bahwa Muhammad menanggung derita seperti derita yang dialami oleh pendukungnya dalam menyebarkan Islam. Sejarah juga melaporkan bahwa ia bersama-sama pengikutnya turun langsung dalam peperangan, merasakan pahit getir dan pedihnya terkena tikaman pedang dan tombak musuh. Di balik kebesarannya yang tanpa tanding, Muhammad adalah seorang yang dengan senang hati mengerjakan perkerjaan kecil (seperti memperbaiki sandal atau menambal baju) yang tak terbayangkan dikerjakan oleh kebanyakan pemimpin masa sekarang. Ia memimpin tidak hanya dengan memberitahu apa yang harus dilakukan, tetapi menunjukkan dan melakukannya bersama-sama mereka yang dipimpinnya.

b. Memulai dari diri sendiri.

Strategi mengatasi krisis yang paling ampuh ialah selalui memulai dari diri sendiri. Prinsip ini tertuang dalam hadits singkat:

(mulailah dari diri sendiri).

Strategi mengatasi krisis model ini cukup berhasil tidak terlepas dari beberapa faktor.

Pertama, kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan menjadi empat, yakni: siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw. Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan Makkah. Pentingnya kualitas moral yang prima ini kembali ia tekankan setelah menjadi utusan Tuhan dalam haditsnya:

Dari Abu Hurairah, Rasul saw. bersabda: Sesungguhnya aku diutus guna menyempurnakan kebaikan akhlak. (H.R. Ahmad, 8595).

Kedua, Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya. Ketika dakwahnya sudah mulai dianggap sebagai gangguan serius oleh masyarakat Makkah, para pemukanya mencoba membujuk Muhammad untuk berhenti. Namun ia dengan tegas menolak setiap bujukan tersebut. Puncaknya adalah ketika kepadanya ditawarkan kedudukan yang tinggi dalam sistem masyarakat Makkah serta sejumlah besar kekayaan material. Pada lazimnya kedua tawaran tersebut akan membuat orang goyah pendiriannya. Tetapi tidak demikian halnya dengan Rasul saw. Dengan sangat tegas namun tetap santun ia menjawab: Kalaupun mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tetap tak akan bersedia menghentikan dakwah Islam. Tidak ada yang dapat dipikirkan oleh para pembesar Makkah lagi untuk membobol benteng integritas Muhammad, dan karena itu mereka pun lalu beralih pada jalan kekerasan. Namun cara ini pun dihadapinya dengan kesabaran yang berbuah keberhasilan.

Ketiga, kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting manajemen Rasul saw. Menanggapi sebuah masyarakat yang memberlakukan hukuman potong tangan kepada pencuri dari kelas bawah, tetapi tidak menerapkannya kepada pencuri dari kalangan atas, Rasul saw. dengan tegas bersabda:

Demi Allah, kalau sekiranya Fathimah binti Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan memotong tangannya. (H.R. Bukhari, 3216)

Keempat, Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan. Berbeda dengan, misalnya, murid, staff, atau pengikut yang kesemuanya berkonotasi tingkatan tinggi-rendah. Sahabat lebih bermuatan kerjasama dua arah, saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Sahabat terasa sedemikian dekat, seolah tanpa jarak. Konsep persahabatan memang benar-benar tepat menggambarkan realitas hubungan yang terbina antara Rasul saw. dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah antara lain motivator yang telah membuat para sahabat rela mengorbankan apa saja (seperti jiwa, raga, harta, waktu) demi perjuangan Rasul saw. Sebab di dalam hati mereka merasakan bahwa cita-cita Rasul saw. adalah juga cita-cita mereka sendiri, dan keberhasilan beliau adalah juga keberhasilan mereka.

Kelima, kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu. Demikian pun peristiwa pahit perang Uhud, adalah saksi kegagalan dalam menerapkan strategi yang sesungguhnya sudah tersusun rapi dan rinci.

Keenam, tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri. Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya diri. Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk dengan santai di bawah sebatang kurma. Tak ada tanda-tanda bahwa ia adalah seorang pemimpin besar yang sangat berkuasa—ia tak berbeda dari orang-orang yang dipimpinnya.

Ketujuh, visioner–futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul saw. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir dan mereka masa depan. Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kataakan datang suatu masa…’, lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata. Berikut adalah beberapa contoh hadits futuristik:

Akan datang satu masa ketika orang tak perduli lagi dengan cara apa ia mendapatkan harta, dengan halal atau haram. (H.R. Bukhari, 1941)

Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, akan datang satu masa ketika seorang pembunuh tak tahu lagi kenapa ia membunuh, dan orang yang terbunuh tak tahu kenapa ia dibunuh. (H.R. Muslim, 5177)

Manusia akan mencapai suatu masa ketika suatu waktu mereka berdiri (untuk salat) dan tak menemukan seorang yang bisa menjadi imam. (H.R. Ibn Majah, 972)

Kedelapan, menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari missinya. Oleh karena itu ia dengan mudah dimengerti dan dengan berhasil menggerakkan masyarakatnya untuk sama-sama berupaya keras mencapai tujuan bersama. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya. Sebagaimana sudah disebut di atas, Rasul saw. selalu menjadi contoh bagi apa pun yang ia anjurkan kepada orang-orang di sekitarnya.

Penutup

Selaku umat Islam, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah. Akhlakul karimah tersebut dapat kita temui dalam berbagai literatur baik berupa sirah nabawiyah, riwayat-riwayat sahabat beliau, maupun firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Senin, 03 Mei 2010

MENELADANI GAYA BISNIS RASULULLAH

Sesungguhnya pada Dirinya telah ada suri teladan yang baik.

Siapa yang tak kenal sosok Baginda Rasulullah, Muhammad SAW. Sosok yang dikenal sebagai seorang manusia yang patut dijadikan suri teladan umat sedunia. Sosok yang hingga saat ini masih menempati posisi 1, manusia paling berpengaruh sedunia. Nah, jika biasanya orang banyak melihat sosok Rasulullah dari sisi kenabian / kerasulan, maka di artikel berseri ini saya ingin mengangkat sosok beliau dari segi bisnisnya, yang bersumber dari buku “RAHASIA BISNIS RASULULLAH” karangan Prof. Laode Kamluddin, Ph.D.

Sosok Rasulullah memang banyak dikenal dan diperhatikan pasca diangkatnya beliau oleh Allah menjadi rasul yang terakhir di muka bumi ini. Orang meneladani semua aspek dalam dirinya, mulai dari sikap, pola pikir, keimanan, dll. Sedangkan yang tidak banyak diketahui oleh orang-orang adalah bahwa Rasulullah adalah sosok pebisnis luar biasa, yang hampir sepanjang hidupnya tidak pernah mengalami kerugian. Kok bisa? Itulah yang akan kita bahas!

Muhammad SAW, semenjak kecil telah didik dan dikader dengan baik untuk menjadi seorang pebisnis handal. Dalam sejarah diceritakan bahwa sejak kecil beliau mengembalakan ternak para peternak kambing. Jumlah ternaknya pun terbilang tidak sedikit, ratusan. Digembalakan di padang yang luas dengan ancaman binatang buas yang senantiasa mengancam. Namun, beliau selalu mampu membawa ternak tersebut pulang dengan selamat, utuh jumlahnya dan dalam keadaan kenyang.

Pendidikan level pertama ini secara tidak langsung menjadi media pembelajaran pendidikan bisnis pertama beliau, yaitu bagaimana mengorganisasi, memanage, dan mengelola segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya.

Sehingga beliau tumbuh menjadi pribadi yang kredibel, bertanggung jawab, teliti, empati, terbuka, mandiri, berani, mudah beradaptasi, sabar, lugas, visioner, dll dalam usia yang masih sangat muda. Beliau sekolah di sekolah alam atau universitas besar kehidupan.

Pendidikan level kedua dimulai ketika beliau berusia 12 tahun dan diajak oleh pamannya, Abu Thalib, untuk ikut dalam rombongan ekspedisi dagang (eksportir) ke negeri Syam. Selain itu beliau juga kerap ikut dalam lawatan-lawtan bisnis ke negara-negara tetangga yang sekarang dikenal dengan nama, Irak, Yordania, Bahrain, Suriah, dan Yaman. Saat itulah Muhammad muda telah belajar bagaimana menjadi seorang eksportir handal sekaligus menyandang posisi sebagai eksekutif muda di masa itu.

Beranjak dewasa, Muhammad SAW kian mantap memilih karirnya sebagai pebisnis. Apalagi ia sudah mengantongin bekal kepercayaan dan kredibilitas yang dibangunnya sejak kecil. Ini tentu menjadi satu modal yang sangat mahal di dunia bisnis. Karena adanya kepercayaan, kredibilitas dan profesionalitas inilah hingga akhirnya Muhammad bisa memulai bisnisnya sekalipun tanpa modal. Dia memulainya dengan menjadi seorang manajer perdagangan yang mengolah modal investor dengan sistem bagi hasil. Dan memang, berkat kepiawaian dan didikan bisnis semenjak kecil, para investor selalu merasa puas akan hasil yang dicapai oleh Muhammad SAW.

Hal ini menarik perhatian seorang investor besar di kota Mekah, Siti Khadijah (yang nantinya kelak akan menjadi istri Baginda Rasul). Khadijah pun mempercayakan Muhammad SAW untuk memimpin ekspedisi perdagangan ke Syiria, Jorash, dan Bahrain.

Kesuksesannya ini semakin nyata terlihat manakala beliau melamar Siti Khadijah dengan mahar 20 unta terbaik di masa itu. Coba kita analogikan sedikit. Di masa itu unta adalah kendaraan terbaik dan termewah yang pernah ada. Apalagi bila jenisnya adalah unta terbaik. Nah kalau ditarik ke masa sekarang kira-kira kendaraan terbaik dan mewah? Mercedez Benz. Katakanlah saya ambil C-Class yang sekitar 300 jutaan. Maka 20 x 300 juta = 6 Milyar. Jadi mahar beliau untuk melamar Siti Khadijah sekitar 6 M (penuturan Prof. Laode Kamaluddin, Ph.D)

Untuk mencapai kesuksesan seperti itu tentunya beliau menerapkan satu prinsip dan strategi manajemen bisnis yang sangat handal. Prinsip-prinsipnya antara lain : jujur, setia, dan profesional. Dan ini seketika menjadi satu teladan etika bisnis yang ditiru oleh segenap bangsa Arab. Kita tahu sendiri kondisi bangsa Arab saat itu seperti apa. Apalagi, kala itu Muhammad masih belum diangkat menjadi Rasul. Beliau juga mengutamakan customer satisfaction, excellence service, kompetensi, efisiensi, tranparansi serta persaingan yang sehat dan kompetitif.

Jadi itulah masa-masa dimana Muhammad SAW meletakkan satu fondasi etika bisnis dan gaya manajemen yang luar biasa kepada bangsa Arab. Hingga akhirnya pada usia 40 tahun (tahun dimana beliau diangkat menjadi Rasul), sistem bisnis yang dibangunnya sudah tertata sedemikian rupa, hingga tanpa kehadiran dirinya pun bisnis tetap berjalan baik. Kalau bahasa sekarang mungkin bisa diistilahkan dengan passive income.

Meski sukses, pribadi Muhammad tidak pernah sekalipun menyiratkan kesombongan. Dia senantiasa berbagi dan tidak malu bila harus bergaul dan bercengkrama dengan masyarakat miskin yang ada di sekitarnya. Tidak memandang perbedaan status sosial. Sehingga seluruh elemen lapisan masyarakat mulai dari level bawah, menengah dan atas menghormati dan mengagumi beliau.

Itulah mengapa ketika kita memfokuskan pada kehidupan Rasulullah SAW pasca pangangkatan kerasulan, kehidupan bisnisnya tak banyak terlihat. Yang menonjol justru sisi spiritual dan kemapanan dalam memimpin suatu negara dikala itu.

Tren spiritual pasca sukses ini pun juga kerap kita jumpai di masa sekarang. Coba anda cek, berapa banyak para CEO sukses yang akhirnya terjun menjadi spiritual consulting + motivator. Mereka sudah tidak lagi mengurusi bisnis secara langsung, karena sistemnya sudah tertata rapi dan berjalan sedemikian rupa.

Nah, sementara itu dulu sebagai pembuka artikel serial “12 Rahasia Bisnis Rasulullah”. Insya Allah di artikel lanjutannya akan saya kupas 12 rahasia bisnis rasulullah ini dalam 4 bagian. Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat, menginspirasi dan menjadi motivasi bagi kita semua.

Salam Sukses,